Kita butuh tipikal pemimpin yang tidak hanya mampu beretorika. Yang akhirnya hanya mampu berandai andai, dengan slogan slogan yang hanya bisa membius rakyat sampai tak sadar diri, ibarat berada di dunia utopis. Indonesia sudah tak lagi muda, tapi permasalahan belum juga usai. Kita butuh pemimpin yang siap menjadi eksekutor bukan sekedar orator. Apalagi yang berotak kotor dan bersikap diktator. Revolusi pertama adalah perebutan kemerdekaan Indonesia.Dan revolusi harus terus berlanjut, karena untuk melepaskan seluruh rakyat Indonesia dari berbagai kesulitan demi memperoleh kehidupan yang sejahtera, pembebasan dari intimidasi, persekusi yang ada, serta ancaman kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mungkin kita bertanya mengapa tidak dipakai Pujangga Angkatan ’42 untuk menyebut angkatan sastra ini. Alasan golongan ini diberi nama kemudian, yaitu setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini, meskipun beberapa kritikus mengkritknya dengan keras. Nama sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang. Latar belakangnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pujangga Angkatan ’45 lahir dan tumbuh di saat revolusi kemerdekaan. Jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras. 2. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail. 3. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani,Baharudin,
Komentar
Posting Komentar