Langsung ke konten utama

karya sastra angkatan 45



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mungkin kita bertanya mengapa tidak dipakai Pujangga Angkatan ’42 untuk menyebut angkatan sastra ini. Alasan golongan ini diberi nama kemudian, yaitu setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini, meskipun beberapa kritikus mengkritknya dengan keras. Nama sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang.
Latar belakangnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Pujangga Angkatan ’45 lahir dan tumbuh di saat revolusi kemerdekaan. Jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras.
2. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail.
3. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani,Baharudin, dan Henk Ngantung. Anggaran Dasarnya berbunyi:
Generasi Gelanggang terlahir dari pergolakan roh dan pikiran, yang sedang menciptakan manusia Indonesia yang hidup. Generasi yang harus mempertanggungjawabkan dengan sesungguhnya penjadian dari bangsa kita. Kita hendak melepaskan diri dari susunan lama yang telah mengakibatkan masyarakat lapuk dan kita berani menantang pandangan, sifat, dan anasir lama untuk menyalakan bara kekuatan baru.
Orientasi Pujangga Angkatan ’45 masih ke Barat, namun dalam penyerapan kebudayaan Baratnya ini mengalami pemasakan dalam jiwa, sehingga lahir bentuk baru. Karena itu, plagiat Chairil Anwar atas karya Archibald Mac Leish yang berjudul The Young Dead Soldiers tidak kelihatan, yang menjelma menjadi sajak Krawang—Bekasi. Namun pula di samping itu Chairil Anwar juga banyak berjasa dalam memodernisasi kesusastraan Indonesia, dalam penjiwaannya yang menjulang tajam.
Setelah Chairil Anwar meninggal (Jakarta, 28 April 1949, dikuburkan di Karet), Surat Kepercayaan Gelanggang baru diumumkan dalam warta sepekan SIASAT tanggal 23 Oktober 1950. dokumen inilah yang dijadikan tempat berpaling untuk dasar segala konsepsi nilai hidup dan seni dari Angkatan ’45.

Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya. Dalam konteks lain, mungkin manusia dapat menghasilkan produk intelektual (seperti sebuah lagu atau puisi) atau objek material (rumah atau kerajinan).
Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan dengan sastra (himpunan pengetahuan dengan menulis dan membaca dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa).
Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan esterika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, baik dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.
Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti novel, atau cerita pendek), puisi (komposisi dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama, epic (ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar (yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media cetak lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan (diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubahdari waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Karya-karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang melalui Braille.
Muncul angkatan ’45 ini diawali adanya sikap dan cita-cita para pengarang yang akan diperjuangkan, yaitu ingin membentuk kebudayaan yang universal. Selain itu para pengarang pada saat itui adalah pengarang yang revolusioner dalam kesusastraan. Penamaan angkatan ’45 membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra dengan penamaan tersebut.
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang".
Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
      Dilihat dari latar belakang makalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian karya sastra?
2.      Bagaimana sejarah karya sastra angkatan 45?
3.      Siapa sajakah tokoh-tokoh karya sastra angkatan 45?
4.      Apa sajakah judul karya sastra bentuk prosa angkatan 45?
5.      Bagaimanakah ciri-ciri karya sastra angkatan 45?

C.    Manfaat Penulisan
      Dengan berdasarkan poin-poin pertanyaan diatas, maka mempunyai tujuan dalam makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian karya sastra
2.      Mengetahui sejarah karya sastra angkatan 45
3.      Mengetahui tokoh-tokoh karya sastra angkatan 45
4.      Mengetahui judul karya sastra bentuk prosa angkatan 45
5.      Mengetahui ciri-ciri karya sastra angkatan 45














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Karya Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.  Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. 
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
Mursal Esten (1978 : 9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Semi (1988 : 8 ) Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Panuti Sudjiman (1986 : 68) Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
Ahmad Badrun (1983 : 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
Eagleton (1988 : 4) Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Plato Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
Aristoteles Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Robert Scholes (1992: 1) Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda
Sapardi (1979: 1) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
Taum (1997: 13) Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”
B.      Sejarah Karya Sastra Angkatan 45
Muncul angkatan ’45 ini diawali adanya sikap dan cita-cita para pengarang yang akan diperjuangkan, yaitu ingin membentuk kebudayaan yang universal. Selain itu para pengarang pada saat itui adalah pengarang yang revolusioner dalam kesusastraan. Penamaan angkatan ’45 membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra dengan penamaan tersebut.
Nama angkatan ’45 sebenarnya baru terkenal mulai tahun 1949 pada saat Rosihan Anwar melansir istilah angkatan ’45 dalam suatu uraiannya dalam majalah Siasat tanggal 9 Januari 1949. Dalam tulisannya tersebut, ia mengatakan bahwa kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk perkembangan-perkembangan kebudayaan yang sejati suatu bangsa. Pengenalan angkatan ’45 itu menandai peristiwa kemerdekaan yang terjadi pada tahun tersebut. Sebelum nama angkatan ’45 muncul, orang-orang menyebutnya dengan sebutan:
1.      angkatan Chairil Anwar, karena pelopor angkatan ’45 adalah Chairil anwar yang berpengaruh besar terhadap karya-karya sastrawan lainnya. Chairil Anwar dikenal sebagai seorang pelopor berdirinya angkatan ’45. Hal ini diperkuat oleh beberapa factor, yaitu:
a)      perubahan dalam bentuk dan isi perpuisian Indonesia Modern
b)      bentuk puisi yang ditampilkan bebas dan takam dengan pemikiran unik dan kemampuan memilih kata yang padu
c)      sajak-sajaknya bernafaskan pemberontakan jiwa terhadap penindasan dan penjajahan
d)     Chairil Anwar adalah seorang penyair yang penuh vitalitas
e)       Ia menganut aliran ekspresionisme (letupan jiwa yang meluap-luap)
2.      angkatan perang, karena pada saat itu tokoh masyarakat berperang dalam memperebutkan kemerdekaan
3.      angkatan sesudah perang, karena pada tanggal 17 agustus 1945 merupakan hari proklamasi kemerdekaan
4.      angkatan sesudah Pujangga Baru, karena angkatan ’45 ada setelah angkatan Pujangga Baru yang lahir tahun 1930-an
5.      Genaerasi Gelanggang, karena sastrawan bebas mengapresiasikan persamaannya (Rosidi, 1986: 62)
Pada alinea 1 telah dikatakan adanya pro dan kontra para sastrawan dengan penamaan angkatan ’45. Para sastrawan yang tergolong pro dengan penamaan tersebut, antara lain: Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, dan Sitor Situmorang. Sedangkan yang kontra adalah Asrul Sani, Idrus, dan beberapa pengarang lainnya. Beberapa alas an yang dikemukakan oleh para sastrawan yang kontra atau tidak setuju, antara lain.
            Tahun 1945, yaitu tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tidak sepenuhnya berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan baik karena juga terjadi pembunuhan dan penculikan pada kedua pihak yang bertempur. Dengan demikian, penamaan angkatan ’45 dapat mengingatkan kita terhadap hal-hal yang keji dan kotor.
   Para sastrwan diragukan sahamnya bagi perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan sehingga timbul kesangsian apakah mereka berhak menggunakan nama keramat angkatan ’45. Keraguan itu didasarkan atas adanya beberapa karangan Chairil Anwar yang terlalu bersifat individualistic.
Tahun 1945 adalah suatu kesatuan waktu yang sangat singkat dan relative terlalu fana sehingga penamaan angkatan ’45 akan dengan cepat menimbulkan sifat kekolotan pada beberapa tahun sesudah itu.
Sedangkan mereka yang setuju atau pro dengan penamaan angkatan ’45 membantah alasan-alasan tersebut di atas. Beberapa tanggapan mereka adalah sebagai berikut.
1.      Dalam menilai suatu peristiwa, kitab harus dapat membedakan yang pokok dengan yang tidak. Pembunuhan dan penculikan adalah soal kecil jika dibandingkan dengan masalah perjuangan merebut dan memperetahankan kemerdekaan. Kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk perkembangan-perkembangan kebudayaan suatu bangsa, termasuk perkembangan sastra itu sendiri. Dengan demikian, pennamaan angkatan dengan nama tahun ’45 tetao memiliki nilai yang luhur, tidak perlu harus dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang rendah.
2.      Walaupun memang ada puisi-puisi ciptaan penyair bangsa kita yang pada saat itu yang memiliki interpretasi negative, akan tetapi apabila kita teliti benar-benar dan kita resapkan sungguh-sungguh banyak puisi ciptaan Chairil Anwar dan beberapa penyair lain yang mengandung pikiran-pikiran yang mempunyai banyak peranan bagi perjuangan kemerdekaan. Kita ingat saja puisi karawang-Bekasi karya Chairil Anwar. Di samping itu, harus diingat bahwa perjuangan kemerdekaan tidak harus selalu dalam hubungan dengan dengan perjuangan fisik atau senjata, melainkan memiliki pengertian yang luas.
3.      Tidak hanya penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat kekolotan, akan tetapi setiap penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul angkatan atau generasi baru.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka mereka berpendapat bahwa tahun ’45 adalah tahun yang mulia bagi sejarah perjuangan bangsa, yaitu tahun berhasilnya bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Oleh karena itu, kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk perkembangan kebudayaan suatu bangsa, maka tepat dikatakan bahwa angkatan sastra di Indonesia sesudah Perang Dunia II mempergunakan nama angkatan ’45.
Pada hakekatnya, setiap manusia itu sama, yaitu setriap manusia pasti memiliki sikap rasional, etis, dan estetis. Manusia adalah makhluk berpikir yang berkeadaan dan memiliki rasa keindahan. Setiap manusia mendambakan nilai-nilai yang luhur dalam keadilan, kemerdekaan, kejujuran, kebebasan, persamaanderajat, dan kedudukan. Berdasarkan hal tersebut, maka angkatan ’45 menganut konsep Humanisme Universal yang berusaha memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaaan yangyang luhur yang berlaku bagi setiap manusia dari setiap bangsa. Menurut HB. Jassin, konsepsi tersebut mengandung pengertian bahwa angkatan ’45 tidak mengabdi kepada suatu –isme, tetapi mengabdi kepada kemanusiaan yang mengandung segalanya, baik dari segala –isme manapun. Akibat pembentukan kebudayaan dunia, kebudayaan yang bersifat universal yang muncul dengan corak Indonesia. Konsepsi ini tercantum dalam pernyataan mereka yang terdapat dalam Surat Kepercayaan Gelanggang.
Surat Kepercayaan Gelanggang merupakan pernyataan sikap dan pendirian angkatan ’45 yang dibuat tanggal 1 Februari 1950 dan disiarkan pada tanggal 22 Oktober 1950. Pernyataan sikap ini dikemukakan oleh perkumpulan Gelanggang Seniman Merdeka, yaitu suatu perkumpulan yang didirikan pada tahun 1947. Perkumpulan ini didirikan sebelum Chairil Anwar meninggal, namun saat dibuat Surat Kepercayaan Gelanggang, beliau sudah meninggal (28 April 1949). Surat Kepercayaan Gelanggan dipandang sebagai pernyataan sikap dan perwujudan konsepsi angkatan ’45. Isi lengkap Surat Kepercayaan Gelanggang adalah sebagai berikut.
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.

Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam, atau tulang pelipis kami menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami. Kalau kami bicara tentang kebudyaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai mengilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudyaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkann oleh kesatuan berbagai-bagai  rangsang suara yang disebabkan oleh suara-suara yang dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha-usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran nilai.
Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai asing yang harus dihancurkan. Demikianlah kami berpendapat, bahwa revolusi di tanah air kami sendiri belum selesai.
Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli, yang pokok ditemui itu ialah manusia. Dalam mencari, membahas, dan menelaahlah kami membawa sifat sendiri. Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman.
Jakarta, 18 Februari 1950

Setelah masuknya kekuasaan Asia, Jepang segera menghapus bahasa Belanda sebagai bahasa resmi, dan melarang penggunaannya dikalangan masyarakat umum. Tidak ada bahasa lain melainkan bahasa Indonesia yang dapat mengambil tempat bahasa Belanda. Karena itu pada tahun 1942 atau awal tahun 1943 ini mendapatkan perubahan yang sebenarnya, suatu revolusi yang lebih besar daripada proklamasi bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan yang resmi dalam undang-undang dasar sementara RI tahun 1945. Jepang mendirikan pusat kebudayaan, Keimin Bunka Syidosyo, yang digunakan untuk mengorganisasikan seniman Indonesia.
Suatu ciri khusus tentang kesan itu ialah berhentinya penerbitan majalah Pujangga Baru dan Pujangga Baru itu sendiri sebagai suatu angkatan. Seperti Armijn Pane dan para penulis penting lainnya karana peralihan bahasa tersebut.
Suatu ciri menyolok ialah bahwa beberapa penulis angkatan sesudah perang menerbitkan buku-buku yang mengadung kumpulan karya dari zaman yang bermula dengan tahun 1942 atau 1943 dan berakhir beberapa tahun setelah proklamasi kemerdekaan: Amal Hamzah, Idrus, Umar Ismail. Zaman ini merupakan kesatuan dari segi semangat, walaupun dari segi gaya karangan karya mereka memperlihatkan semacam perkembangan. Idrus yang dianggap sebagai penganjur besar pada prosa zaman revolusi, pada zaman Jepang, menulis dua drama. Chairil Anwar sendiri yang merupakan pelopor utama angkatan 45, yaitu generasi tahun kemerdekaaan, mengubah lebih dari sepuluh sajak-sajak asliya sebelum 17 agustus 1945. Jassin dengan antologinya yaitu Gema Tanah Air (1948) yang menentukan suatu jangka masa mengumpulkan prosa dan puisi dari zaman antara tahun 1942-48. Pada keseluruhan, tiada diragukan lagi bahwa revolusi jiwa di Indonesia juga gerakan kesusastraan baru yang berhubungan rapat dengan itu bermula pada tahun 1942.
Istilah angkatan 45 itu pertama kali digunakan oleh Rosihan Anwar dalam majalah Siasat yang bertanggal 9 Januari 1949.
dibicarakan melalui organisasi yang agak resmi sifatnya republik dan mengadakan kongres-kongres. Pertama diantaranya ialah Kongres Kebudayaan di Magelang diadakan pada tahun 1948 oleh pihak yang berkuasa di Republik.
.Landasan yang digunakan adalah humanisme universal yang dirumuskan HB Jassin dalam Suat kepercayaan Gelanggang. Jadi angkatan 45 merupakan gerakan pembaharuan dalam bidang sastra Indonesia, dengan meninggalkan cara-cara lama dan menggantikannya dengan yang lebih bebas, lebih lugas tanpa meninggalkan nilai-nilai sastra yang telah menjadi kaidah dalam penciptaan sastra.
Diantara mereka yang lazim digolongkan sebagai pelopornya adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus, Pramudya, Usmar Ismail dsb. Nmaun sesungguhnya, tidak hanya itu saja saja alasan untuk memasukkan mereka kedalam angkatan yang lebih baru dari Pujanga Baru. Jelasnya, terlihat sekali pada karya-karya Chairil dimana ia telah membebaskan diri dari kaidah-kaidah tradisional kita dalam bersajak.

C.    Tokoh-Tokoh Karya Sastra Angkatan 45
a.       Idrus
 Pekerjaan: Penulis, novelis, dramawan, karya yang terkenal “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma”
b.      Paramudya Ananta Tur
 Pramoedya Ananta Toer lahir pada 06 Februari 1925 di Kampung Jetis, Blora, Jawa Tengah, sebagai anak pertama. Ibunya selalu memberikan semangat hidup kepada Pram. Salah satu pesan dari ibunya kepada Pram adalah mendorongnya agar menjadi orang yang mandiri dan kuat.
c.       Sitor Situmorang
 Sitor Situmorang (lahir di Harian Boho, Toba Samosir, Sumatera Utara, 2 Oktober 1923; umur 87 tahun), dengan nama Raja Usu, adalah wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia. Ayahnya adalah Ompu Babiat Situmorang yang pernah berjuang melawan tentara kolonial Belanda bersama Sisingamangaraja XII.
d.      Utuy Tatang Sontani
Utuy Tatang Sontani (Cianjur, 1 Mei 1920 - Moskwa, 17 September 1979) adalah seorang sastrawan Angkatan 45 terkemuka.
e.       Mochtar Lubis
Nama:MochtarLubis Tempat/Tgl.Lahir:Padang,7Maret1922 Agama : Islam
f.       Achdiat K. Mihardja A
 Nama Lengkap : Achdiat Karta Mihardja Agama : Islam Tempat Lahir : Garut, Jawa Barat Tanggal Lahir : Senin, 6 Maret 1911 Zodiac : Pisces Warga Negara : Indonesia.
g.      Asrul Sani
 Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nico
h.      Rivai Apin
 Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.

i.        Trisno Sumardjo
Dia memerankan peranan yang kecil pada tahun-tahun awal sesudah perang, meskipun namanya muncul sebagai anggota redaksi beberapa majalah sastra. Selain menjadi seniman yang kereatif dia juga giat sebagai penerjemah tidak kurang dari tujuh buah drama Shakespeare yang diterjemahkan.
Hasil tulisanya ditemukan dalam kumpulan kata hati dan perbuatan yang memuat dari tahun 1946-1950: lima buah cerita pendek, dua buah drama pendek dan beberapa sajak. Karyanya tidak matang dan tidak menarik bila dibandingkan dengan karya pengarang yang sezamannya seperti Idrus.
D.    Judul Karya Sastra Bentuk Prosa Angkatan 45
1.      Karya Idrus

Novel

  • Aki
  • Corat-Coret di Bawah Tanah
  • Dengan Mata Terbuka
  • Hati Nurani Manusia
  • Hikayat Petualang Lima
  • Hikayat Putri Penelope
  • Perempuan dan Kebangsaan
  • Surabaya

Cerita pendek

  • Anak Buta
  • Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Drama

  • Dokter Bisma
  • Jibaku Aceh
  • Kejahatan Membalas Dendam
  • Keluarga Surono

Karya terjemahan

  • Acoka
  • Cerita Wanita Termulia
  • Dari Penciptaan Kedua
  • Dua Episode Masa Kecil
  • Ibu yang Kukenang
  • Keju
  • Kereta Api Baja
  • Perkenalan dengan Anton Chekov
  • Perkenalan dengan Guy de Maupassant
  • Perkenalan dengan Jaroslov Hask
  • Perkenalan dengan Luigi Pirandello
  • Roti Kita Sehari-hari
2.      Karya Paramudya Anata tur
Kecuali judul pertama, semua judul sudah disesuaikan ke dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
3.      Karya Sitor Situmorang
         Kumpulan cerpennya Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional (1955) dan kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976.
Karya-karyanya yang lain:
  • Surat Kertas Hijau, kumpulan puisi (1954)
  • Jalan Mutiara, drama (1954)
  • Dalam Sajak, kumpulan puisi (1955)
  • Wajah Tak Bernama, kumpulan puisi (1956)
  • Rapar Anak Jalang (1955)
  • Zaman Baru, kumpulan puisi (1962)
  • Pangeran, kumpulan cerpen (1963)
  • Sastra Revolusioner, kumpulan esai (1965)
  • Dinding Waktu, kumpulan puisi (1976)
  • Sitor Situmorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba, otobiografi (1981)
  • Danau Toba, kumpulan cerpen (1981)
  • Angin Danau, kumpulan puisi (1982)
  • Bunga di Atas Batu, kumpulan puisi (1989)
  • Toba na Sae (1993) dan Guru Somalaing dan Modigliani Utusan Raja Rom, sejarah lokal (1993).
  • Rindu Kelana, kumpulan puisi (1994)
Sitor juga menerjemahkan karya asing ke dalam bahasa Indonesia, yakni: Sel, terjemahan drama karya William Saroyan (1954) dan Hikayat Lebak karya Rob Nieuwenhuys (1977).
4.      Karya Utuy Tatang Santoni
Drama:
  • Suling (1948)
  • Bunga Rumah Makan: pertundjukan watak dalam satu babak (1948)
  • Awal dan Mira: drama satu babak (1952)
  • Sajang Ada Orang Lain (1954)
  • Di Langit Ada Bintang (1955)
  • Sang Kuriang: opera dua babak (1955)
  • Si Kabajan: komedi dua babak (1959)
  • Tak Pernah Mendjadi Tua (1963)
  • Manusia Kota: empat buah drama (1961)
5.      Karya Mochtar Lubis
  • Tidak Ada Esok (novel, 1951)
  • Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
  • Teknik Mengarang (1951)
  • Teknik Menulis Skenario Film (1952)
  • Harta Karun (cerita anak, 1964)
  • Tanah Gersang (novel, 1966)
  • Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
  • Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
  • Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
  • Harimau! Harimau! (novel, 1975)
  • Manusia Indonesia (1977)
  • Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
  • Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
  • Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
Karya jurnalistiknya:
  • Perlawatan ke Amerika Serikat (1951)
  • Perkenalan di Asia Tenggara (1951)
  • Catatan Korea (1951)
  • Indonesia di Mata Dunia (1955)
Mochtar Lubis juga menjadi editor:
  • Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979)
  • Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984)
  • Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986)
Terjemahannya:
6.      Karya Achadiat Kamiradja A.

7.      Karya Asrul Sani

Sastra

  • Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai Avin, 1950)
  • Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972)
  • Mantera (kumpulan sajak, 1975)
  • Mahkamah (drama, 1988)
  • Jenderal Nagabonar (skenario film, 1988)
  • Surat-Surat Kepercayaan (kumpulan esai, 1997)
8.      Karya Rivai Apin
Gema Tanah Air (1948) Tiga Menguak Takdir (1950) Dari Dua Dunia yang Belum Sudah (1972).
9.      Karyo Trisno Amardjo
Cerpen
  1. Katahati dan Perbuatan, kumpulan cerpen, drama, dan sajak, Balai Pustaka, 1952.
  2. Rumah Raja (kumpulan). Jakarta: Pembangunan, 1957.
  3. Daun Kering. Jakarta: Balai Pustaka, 1962.
  4. Penghuni Pohon. Jakarta: Balai Pustaka 1963.
  5. Keranda Ibu. Jakarta: Balai Pustaka, 1963.
  6. Wajah-wajah yang Berubah. Jakarta: Balai Pustaka, 1968.
  7. Pak Iman Intelek Istmewa.
Drama
  1. Tjita Teruna. Jakarta: Balai Pustaka, 1953
E.     Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan  45
Yang menjadi Ciri Karya Sastra Angkatan 45 adalah
• terbuka,
• pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
• bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
• sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
• dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
• penghematan kata dalam karya,
• lebih ekspresif dan spontan,
• terlihat sinisme dan sarkasme,
didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.

Ciri-ciri struktur estetik
Prosa:
ü  Bayak alur sorot balik, meski ada juga alur lurus
ü  Digresi dihindari, alurnya padat
ü  Perwatakan atau pernokohan; analisis fisik tidak dipentingkan, yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung, melainkan dengan cara dramatic: dengan arus kesadaran dan cakapan antar tokoh.
ü  Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan, dan
ü  Gaya realism dan naturalism, menggambarkan kehidupan yang sewajarnya secara memetik.
      Ciri-ciri ekstra estetik
Prosaprosa:
ü  Mengemukakan masalah kemasyarakatan, diantaranya kesengsaraan kehidupan, kemiskinan, kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, perbedaan kaya dan miskin, eksploitasi manusia oleh manusia (eksplotation delhomme parl’homme).
ü  Mengemukakan masalah kemasyarakatan yang universal: kekesengsaraan karena perang, tak adanya perikemanusiaan dalam perang, pelanggaran hak asasi manusia, ketakutan-ketakutan manusia, impian perdamaian dan ketentraman hidup;sengsaraan karenaperang, tak adanya perikemanusiaan dalam perang, pelanggaran hak asasi manusia, ketakutan-ketakutan manusia, impian perdamaian dan ketentraman hidup;
ü  Mengemukakan pandangan hidup dan pikiran-pikiran pribadi untuk memecahkan sesuatu masalah; dan
ü  Latar cerita pada umumnya latar peperangan, terutama perang kemerdekaan melawan Belanda, meskipun ada juga latar perang menentang Jepang. Di samping itu, juga ada latar kehidupan masyarakat sehari-hari.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Muncul angkatan ’45 ini diawali adanya sikap dan cita-cita para pengarang yang akan diperjuangkan, yaitu ingin membentuk kebudayaan yang universal. Selain itu para pengarang pada saat itui adalah pengarang yang revolusioner dalam kesusastraan. Penamaan angkatan ’45 membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra dengan penamaan tersebut.
 Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan  45
Yang menjadi Ciri Karya Sastra Angkatan 45 adalah  
·         Terbuka
·         pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
·         bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
·         sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
·         dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
·         penghematan kata dalam karya,
·         lebih ekspresif dan spontan,
·         terlihat sinisme dan sarkasme,  didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.
B.     Saran

Semoga pembaca dapat memahami isi makalah dengan baik dan berguna bagi pembaca sekalian, serta mampu membedakan karya sastra bentuk prosa dari setiap angkatan yang telah dijelaskan di dalam makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar ilmu sastra : (Teori sastra) untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas
          Surabaya : Usaha Nasional

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan
          dan Pengembangan Bahasa.

Eagleton, Terry dan Muhammad HJ. Salleh. 1988. Teori Kesusastraan : Satu Pengenalan. 
          Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa

Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia
Bezemer 1921
T. J. Bezemer, Beknopte Encyclopædie van Nederlands-Indië, Leiden/'s-Gravenhage/Batavia: Brill/Martinus Nijhoff/Kolff. (In Dutch; "A Concise Encyclopaedia of the Netherlands East Indies".)
o   Bezemer 1943
T. J. Bezemer, Vier eeuwen Maleische literatuur in vogelvlucht, Deventer: W. van Hoeve. (In Dutch; "Four Centuries of Malay Literature: A Bird's Eye View".)
Rahman, Elmustian dan Jalil, Abdul. 2003. Bahan Ajar Sejarah Sastra.Pekanbaru: Unri Press
muntijo.wordpress.com/2011/07/29/ciri-ciri-estetik-intrinsik-dan-ekstra-estetik-ekstrinsik-dalam-periode-periode-sastra-indonesia/








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distribusi Bunyi Fonologi

Distribusi Bunyi Distribusi bunyi adalah bagian yang membahas posisinya yakni di awal, tengah atau akhir dalam sebuah kata dasar. Posisi merupakan tempat atau letak bunyi itu berada. Tidak semua bunyi bahasa dapat meliputi ketiga posisi dalam kata dasar. Dengan kata lain posisinya tidaklah lengkap. Sebuah bunyi di katakan berdistribusi lengkap apabila kata itu meliputi tiga posisi tersebut, dan sebaliknya kata itu tidak dikatakan berdistribusi lengkap jika kata dasar tersebut tidak menempati ketiga posisinya. Untuk melihat posisi bunyi dalam sebuah kata, yang yang di pakaidasaradalah kata dasar. Kata dasar merupakan kata yang belum mendapat imbunhan apapun.   Untuk melihat posisi bunyi, kata dasar dibiarkan secara utuh. Jadi, kata dasar tidak boleh di uraikan menjadi suku katauntuk melihat posisi setiap bunyi yang ada dalam kata dasar itu. Distribusi bunyi vokal a)       Bunyi vokal depan, atas tak bundar [ i ] memiliki distribusi yang lengkap. Awal kata         :     

sastra dari balaipustaka sampai kontemporer

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra Indonesia , adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara . Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia . Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya ). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei ), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura . Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka . Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sen