Saat aku berusaha mencari, begitu banyak panah yang mencederaiku. Tapi, semua itu kujadikan pembuktian yang nyata, sampai aku benar benar temukan. Maafkan aku, jika aku belum membuktikan kesetiaan yang sempurna. Karena mungkin, terkadang aku lalai. Namun sungguh, hatiku telah berusaha agar ini terjaga. Sembari ku memohon agar selamat dari semua anak panah yang senantiasa memburu. Dan jujur, sering aku mengharap lebih. Justru itulah yang membuatku malu. Selalu meminta lebih tapi aku kurang dalam mengingat, bahkan kadang abai. Aku juga malu memanggil dengan panggilan cinta. Karena aku hanya manusia hina. Ingin mencintai dengan sempurna tapi iman ku lemah. Tapi aku akan terus berusaha untuk temui cintaku. Meski ku tak bisa melihat karena saat ini pandangan terbatas untuk melihat cinta yang sebenarnya. Tapi ku yakin, Engkau melihatku saat mataku terbuka atau bahkan terpejam sekalipun. Karena semua dalam pantauan yang agung. Bersihkanlah hatiku agar aku benar benar ikhlas dalam menemuiMu dan membawa pada cinta dengan sebenar benarnya cinta seorang hamba dengan Rabbnya. Maka ampunkanlah segala kelalaian ku dari mengingatMu, meski itu sedetik. Aamiin ya rabbal Al-Amin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mungkin kita bertanya mengapa tidak dipakai Pujangga Angkatan ’42 untuk menyebut angkatan sastra ini. Alasan golongan ini diberi nama kemudian, yaitu setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini, meskipun beberapa kritikus mengkritknya dengan keras. Nama sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang. Latar belakangnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pujangga Angkatan ’45 lahir dan tumbuh di saat revolusi kemerdekaan. Jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras. 2. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail. 3. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani,Baharudin,
Komentar
Posting Komentar