Izin yaa cerita, dikit jee...
Alhamdulillah malam ni bintang menyapa dengan cahaya yang sendu tapi mampu membuat wanita manis tersenyum dengan lesung pipi di kanan.
Padahal ia sudah lama tak melihat bintang. Semenjak bintang berada jauh disana. Tinggi tak tergapai jauh tak tersentuh. Bahkan dalam mimpi pun tak kunjung tiba.
Sungguh kerinduan telah menumpuk dan membukit di jiwa. Namun hanya Allah tempat pelepas rindu yang tepat. Dan akhirnya malam ni bintang hadir. Meski tak banyak bertabur, tapi cukup mengobati rindu yang tersusun rapi di setiap doa sepertiga malam. Sampaikanlah kabarmu lewat angin yang berhembus, lewat sinar fajar, atau cahaya rembulan yang kadang suka malu malu. Nanti aku akan menghampiri mereka satu persatu. Bintang bintang bintang. Cahayamu, bentuk indah mu, sederhana tapi memikat. Itu yang membuat bulan senang bersamamu. Sampai kadang pelangi cemburu karena takan mungkin membersamaimu. Jadilah bintangku. Dan bintangnya orang orang yang memerlukan kelembutan cahayamu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mungkin kita bertanya mengapa tidak dipakai Pujangga Angkatan ’42 untuk menyebut angkatan sastra ini. Alasan golongan ini diberi nama kemudian, yaitu setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini, meskipun beberapa kritikus mengkritknya dengan keras. Nama sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang. Latar belakangnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pujangga Angkatan ’45 lahir dan tumbuh di saat revolusi kemerdekaan. Jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras. 2. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail. 3. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani,Baharudin,
Komentar
Posting Komentar