Angin selalu pilih kasih
Saat kau sedang bersamaku, kau memberiku debu.
Saat kau bersamanya kau beri dia semilir angin yang menyejukkan.
Di malam yang sepi dan sejuk perbedaan itu sangat bisa ku rasakan. Bukankah aku dan dia berada di langit yang sama?. Tapi angin selalu saja memberi respon yang berbeda.
Angin, tak sadarkah kau. Aku pun ingin kau istimewakan, seperti kau mengistimewakan dia. Kau Sengaja berhembus agar bunga jatuh di telapak tangannya. Justru kau melakukan hal sebaliknya kepadaku. Kau sengaja berhembus agar duri tepat mengenai telapak tanganku.
Dimalam yang sepi dan sejuk. Air mata bisa saja terus mengalir, tanpa peduli ia harus bermuara dimana. Ku lihat kasih sayang yang penuh untuknya kau berikan. Tapi tidak untuk ku. Angin, kemana kau berhembus, ku tahu kau tetap memprioritaskannya dan mengabaikan ku. Padahal pada saat itu, aku justru sedang bersamamu.
Sungguh, aku pun menyayangi dia. Tapi, aku tak sanggup melihatmu melemahkanku di hadapan nya. Bahkan kau perlihatkan dengan jelas di hadapanku, kau lebih menyayanginya dari pada ku. Apakah hanya karena dia urutan satu dan aku posisi kedua yang membuatmu selalu berpihak kepadanya.
Benarkah, hanya ada kesalahan yang kau lihat di diriku?. Tak adakah kebaikan yang terpancar dari diriku? Apa yang salah??. Kau katakan, kau temukan kebaikan di dirinya, dan kau tidak menemukan sedikitpun kebaikan padaku? Benarkah itu??.
Tak tahukah kau malam ini aku benar benar bersedih. Entah sudah berada tetes air mata yang ku jatuhkan tanpa sengaja karena kesedihanku. Tapi ku tahu, hanya Allah yang maha adil dalam memberi kasih dan sayang. Kelak jika aku sudah menjadi angin, Takan ku biarkan ada salah satu dari mereka merasakan seperti apa yang ku rasakan. Jika satu diberi pelangi, maka yang lainpun mendapatkan pelangi. Jika satu diberi bintang, yang lainnya pun akan ku beri bintang. Jika satu dipanggil dengan sebutan istimewa, yang lainpun akan kupanggil dengan sebutan istimewa.
Saat kau sedang bersamaku, kau memberiku debu.
Saat kau bersamanya kau beri dia semilir angin yang menyejukkan.
Di malam yang sepi dan sejuk perbedaan itu sangat bisa ku rasakan. Bukankah aku dan dia berada di langit yang sama?. Tapi angin selalu saja memberi respon yang berbeda.
Angin, tak sadarkah kau. Aku pun ingin kau istimewakan, seperti kau mengistimewakan dia. Kau Sengaja berhembus agar bunga jatuh di telapak tangannya. Justru kau melakukan hal sebaliknya kepadaku. Kau sengaja berhembus agar duri tepat mengenai telapak tanganku.
Dimalam yang sepi dan sejuk. Air mata bisa saja terus mengalir, tanpa peduli ia harus bermuara dimana. Ku lihat kasih sayang yang penuh untuknya kau berikan. Tapi tidak untuk ku. Angin, kemana kau berhembus, ku tahu kau tetap memprioritaskannya dan mengabaikan ku. Padahal pada saat itu, aku justru sedang bersamamu.
Sungguh, aku pun menyayangi dia. Tapi, aku tak sanggup melihatmu melemahkanku di hadapan nya. Bahkan kau perlihatkan dengan jelas di hadapanku, kau lebih menyayanginya dari pada ku. Apakah hanya karena dia urutan satu dan aku posisi kedua yang membuatmu selalu berpihak kepadanya.
Benarkah, hanya ada kesalahan yang kau lihat di diriku?. Tak adakah kebaikan yang terpancar dari diriku? Apa yang salah??. Kau katakan, kau temukan kebaikan di dirinya, dan kau tidak menemukan sedikitpun kebaikan padaku? Benarkah itu??.
Tak tahukah kau malam ini aku benar benar bersedih. Entah sudah berada tetes air mata yang ku jatuhkan tanpa sengaja karena kesedihanku. Tapi ku tahu, hanya Allah yang maha adil dalam memberi kasih dan sayang. Kelak jika aku sudah menjadi angin, Takan ku biarkan ada salah satu dari mereka merasakan seperti apa yang ku rasakan. Jika satu diberi pelangi, maka yang lainpun mendapatkan pelangi. Jika satu diberi bintang, yang lainnya pun akan ku beri bintang. Jika satu dipanggil dengan sebutan istimewa, yang lainpun akan kupanggil dengan sebutan istimewa.
Komentar
Posting Komentar