di tengah malam ini, sangat ingin rasanya ku hantarkan isi hatiku yang kini lemah melalui ukiran tinta yang berlapiskan kejujuran. hati yang kemarin masih terlihat bunga bermekaran didalamnya, bau yang harum menyelimuti hati kecilku. kini ia harus merasakan layunya bunga yang kemarin barusaja mekar serta ia ditinggal pergi bau yang harum karena kini diganti dengan bau yang sangat mengganggu inderaku.
Janganlah engkau bersandiwara wahai penyayat hatiku, janganlah engkau tanyakan lagi bagaimana bisa aku mengalirkan air mataku karena kepedihan hati yang teramat dalam. padahal engkau sudah tahu wahai sang penyayat hati ini, bahwa engkaulah satu-satunya alasan mengapa harini aku meneteskan air mataku melewati pipi dan membasahi selendeng yang saat ini tengah kupakai.
Tapi, aku yang hari ini tengah tersayat hatinya, tercabik hatinya, dan tergores hatinya tak akan selamanya seperti ini. takan kubiarkan perihnya singgah terlalu lama dihati ini wahai sang penyayat hati. aku akan menyapu tetesan air mata ini dengan selendangku. dan aku akan bangkit dengan menyebut nama Tuhanku Allahurabbi sebagai penguat hati yang kini lemah. dan kupastikan kemarin aku berada dibawahmu, dan engkau berada diatasku, harini esok dan seterusnya akan ku ubah segalanya. semua akan berada di bawah kendaliku, termasuk engkau sang penyayat hatiku. engkau yang akan melihatku dari bawah. engkau yang yang akan mendongakkan kepalamu untuk melihatku. karena aku sedang berada di atas.
Tahukah engkau wahai penyayat hati ini, hatiku sudah tidak lemah, jiwaku sudah tidak kecil, dan fikiranku sudahlah tidak rendah.
sadarkah engkau ketikan ini hanya ingin menyadarkanmu wahai penyayat hatiku.
Komentar
Posting Komentar